MikeMediaIndonesi.com, Tahuna, Sangihe – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kepulauan Sangihe mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Hal tersebut berdasarkan data yang diperoleh MikeMediaIndonesia.com dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sementara AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu kondisi serius di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah, membuatnya rentan terhadap infeksi dan penyakit lain.
Peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi perhatian serius pemerintah daerah karena berpotensi mengancam kesehatan masyarakat luas.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Handry Pasandaran, menjelaskan, bahwa sejak tahun 2014 hingga Juli 2025 sudah tercatat sebanyak 75 kasus HIV yang aktif telah menjalani pengobatan.
Dengan angka tersebut menunjukkan bahwa penyebaran HIV/AIDS di Kepulauan Sangihe terus meningkat dan memerlukan langkah antisipasi, pencegahan yang lebih serius.
Kata Handry Pasandaran, pada mayoritas kasus HIV/AIDS di Sangihe disebabkan oleh perilaku seksual yang sembarangan serta tidak aman.
“Karena itu, pencegahan harus dimulai dari kesadaran diri sendiri dan pribadi untuk menjaga kesetiaan kepada pasangan hidupnya serta menghindari seks bebas,” ujar Pasandaran, Senin (25/8/2025).
Beliau juga menambahkan, bahwa kelompok masyarakat yang sangat rentan terpapar antara lain remaja, pekerja di kawasan urban, hingga masyarakat umum. Bahkan, Dinkes Sangihe telah menemukan kasus di kalangan aparatur sipil negara juga terjangkit. Dengan adanya hal tersebut, telah menunjukkan, bahwa penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa memandang status sosial.
Maka dari itu, sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan Sangihe telah mengambil tindakan dengan bekerja sama dengan rumah sakit, puskesmas, serta organisasi keagamaan untuk melakukan edukasi. Sosialisasi dilakukan melalui posyandu, kelompok masyarakat, masjid, dan gereja. Bahkan, ada jemaat yang membentuk kelompok peduli HIV AIDS guna membantu penyebaran informasi kesehatan. Selain pendekatan tatap muka, sosialisasi juga diperkuat lewat media sosial, penyuluhan audiovisual, dan penyebaran leaflet.
Dinkes bahkan pernah menghadirkan orang dengan HIV AIDS (ODHA) untuk memberikan testimoni langsung agar masyarakat lebih memahami bahaya penyakit ini.
“Kami selalu menekankan agar masyarakat tidak memberikan stigma negatif kepada ODHA,” tegas Pasandaran.
Dia mengatakan ODHA bukan untuk dijauhi, melainkan dirangkul agar tetap bisa hidup produktif dan tidak merasa dikucilkan.
Dari sisi pelayanan kesehatan, Dinkes Sangihe memastikan prosedur ketat dilakukan dalam donor darah maupun tindakan medis. Pasien HIV/AIDS juga mendapatkan ruang khusus di rumah sakit, namun tetap dengan menjaga kerahasiaan identitas agar tidak menimbulkan diskriminasi.
Pasandaran menegaskan, bahwa penderita HIV/AIDS masih memiliki harapan hidup panjang bila patuh pada pengobatan. Dengan adanya dukungan keluarga dan masyarakat, mereka bisa tetap bekerja, beraktivitas, dan menjalani kehidupan layaknya orang sehat.
“Penyakit ini memang berbahaya, tetapi bukan akhir dari segalanya,” ujar dia.
Melalui pengobatan modern dan pola hidup sehat, ODHA masih bisa bertahan dan tetap produktif.
“Yang terpenting, mari bersama-sama mencegah penularan dengan perilaku yang bertanggung jawab,” tutup Pasandaran dengan tegas.
(MikeTowira*)